Isu-isu Strategis


Isu-isu strategis lebih ditujukan untuk menganalis faktor eksternal yang mempengaruhi proses pembangunan berupa peluang (elemen yang menguntungkan sehingga bermanfaat untuk mencapai tujuan) dan ancaman (elemen yang dapat menyebabkan kesulitan dalam upaya mencapai tujuan.



PERMASALAHAN PEMBANGUNAN

Kota Bontang dengan letak geografis berada pada poros jalan Trans Kalimantan (menghubungkan Samarinda-Kutai Timur) cukup menguntungkan dan merupakan potensi yang cukup besar untuk mendukung perkembangan wilayah. Potensi sumberdaya alam yang dimiliki sangat banyak baik berupa sumberdaya migas maupun non migas. Potensi ini dapat menjadi kekuatan tersendiri bagi Kota Bontang untuk menjalankan perekonomian daerah. Industri berbahan baku migas seperti industri pupuk dan gas menjadi sektor unggulan dan menjadi basis ekonomi. Potensi ini menjadi driver (pengungkit) aktivitas perekonomian lain terutama dengan banyaknya tenaga kerja dari luar Kota Bontang yang masuk ke kota ini untuk mencari pekerjaan. Selain itu, Kota Bontang juga memiliki potensi sumberdaya alam berupa wilayah periaran laut yang cukup luas (147,8 km2) dengan garis pantai kurang lebih 24,4 km. Wilayah perairan laut tidak hanya kaya dengan biota laut, namun juga memiliki posisi strategis karena berhadapan langsung dengan Selat Makasar yang merupakan Alur Laut Kepulauan Indonesia II (ALKI II) dan jalur pelayaran internasional. Posisi ini sangat mendukung potensi lainnya baik berupa migas maupun non migas karena mempermudah proses distribusi barang. Potensi perairan laut terutama potensi perikanan dan pariwisata juga dapat dimanfaatkan sebagai penggerak ekonomi daerah yang lebih berkelanjutan. Meskipun potensi sumberdaya alam yang dimiliki Kota Bontang baik dari migas maupun non migas dapat menjadi kekuatan dalam membangun Kota Bontang, permasalahan pembangunan di kota ini tidak ada habisnya. Terlebih lagi melihat pertumbuhan ekonomi Kota Bontang dalam lima tahun terakhir selalu negatif dan nilai PDRB-nya cenderung fluktuatif. Berdasarkan data BPS Kota Bontang (2015), pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Kota Bontang -7,42% dan turun menjadi -9,18% pada tahun 2012. Pada tahun 2013 dan 2014 pertumbuhan ekonomi tetap minus pada angka -5,72% dan -3,41%. Pertumbuhan ekonomi yang negatif ini terutama karena makin menurunnya produksi gas alam cair oleh PT. Badak. Kondisi ini sangat relevan karena struktur perekonomian Kota Bontang masih sangat didominasi oleh keberadaan PT. Badak dan PT. Pupuk Kaltim. Permasalahan pertumbuhan ekonomi yang terus negatif menunjukkan kelemahan Kota Bontang yang harus mendapat perhatian tersendiri ke depan, terutama dengan fluktuasi nilai PDRB per kapita. Nilai PDRB per kapita sangat dipengaruhi oleh nilai tambah bruto per kapita dari industri pengolahan sehingga mengalami penurunan ketika nilai ini turun. Nilai PDRB perkapita pada tahun 2010 sebesar 375,41 juta per orang dan pada tahun 2011 sebesar 332,94 juta per orang. Pada tahun 2012 nilai tersebut turun sebesar 7,45% dan bertambah pada tahun 2013 dan 2014 berturut-turut sebesar 1,51% dan 2,34%. Dengan kata lain pada tahun 2014 nilai PDRB berkapita mencapai 368,24 juta per orang. Tingginya peran migas sebagai penggerak ekonomi daerah merupakan satu kelemahan bagi Kota Bontang karena migas bukanlah sumberdaya alam terbarukan. Penurunan produksi Migas Menunjukkan ke depan Kota Bontang harus memanfaatkan sumberdaya alam lain, terutama yang berkelanjutan sehingga fluktuasi perekonomian di kota ini tidak terus terjadi. Terlebih lagi jika dilihat dari pertumbuhan ekonomi dari sektor lain yang cenderung mengalami pertumbuhan. Seperti data yang disam[paikan BPS Kota Bontang (2015), sektor pertanian, kehutanan dan perikanan mengalami pertumbuhan yang cukup besar yaitu 20,28%. Dengan sendiri sektor pertanian ini dapat menjadi potensi baru dalam menggerakkan perekonomian daerah, terutama dengan potensi perikanan dan kelautan yang juga menjadi unggulan Kota Bontang.

Bidang Sumberdaya Alam Lingkungan Hidup

Kualitas lingkungan hidup dikota ini menurun dengan adanya polusi udara dan air. Terjadinya pencemaran juga merugikan potensi sumberdaya lainnya, terutama sumberdaya perikanan laut yang dapat menjadi alternatif utama penggerak ekonomi daerah setelah migas. Permasalahan ligkungan hidup dan kerusakan sumberdaya alam harus menjadi perhatian, karena dalam jangka panjang akan mempengaruhi bukan hanya perekonomian daerah namun juga hajat hidup masyarakat. Terlebih lagi jika sebagian besar rumahtangga masyarakat tergantung pada sumberdaya alam sebagai mata pencahariannya. Permasalahan lingkungan hidup dan tata kelola sumberdaya alam juga sering menjadi pemicu konflik sosial sehingga sebagai permasalahan pembangunan harus menjadi prioritas utama untuk diselesaikan

Bidang Ekonomi dan Infrastrukur

pertumbuhan ekonomi daerah yang negatif akibat menurunnya produksi migas yang menjadi penggerak utama ekonomi daerah. Migas sebagai sumberdaya alam tidak terbarukan dalam jangka panjang tidak akan mampu lagi menjadi menopang perekonomian Kota Bontang. Untuk itu perlu diciptakan alternatif-alternatif aktivitas ekonomi lain yang dapat menjadi penggerak perekonomian daerah. Dalam upaya tersebut, permasalahan bidang perekonomian dan infrastruktur yang menunjang aktivitas ekonomi maupun pelayanan publik harus mendapatkan perhatian

Bidang Sumberdaya Manusia dan Sosial Kelembagaan

permasalahan sumberdaya manusia menjadi salah satu prioritas yang harus dibenahi dan selalu ditingkatkan kualitasnya. Tata kelola kependudukan menjadi penting bagi Kota Bontang sebagai kota industri karena menarik banyak migran masuk. Tidak hanya pemenuhan kebutuhan pemukiman, tetapi kontrol dan pengendalian migran masuk harus dilakukan sejak awal untuk menghindari permsalahan sosial yang sering timbul akibat persaingan antara penduduk asli dan pendatang. Terlebih lagi migran masuk sebagai tenaga kerja pada umumnya memiliki kualitas SDM yang lebih baik dibandingkan penduduk asli.


Isu permasalahan pembangunan yang menjadi kelemahan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat bersifat dinamis. Permasalahan pembangunan jika tidak iantisipasi dan diatasi semenjak dini dapat menimbulkan masalah yang lebih kompleks ke depan, terutama menghadapi proses transsisi Kota Bontang sebagai Kota Industri. Demikian juga halnya dengan antisipasi dengan permasalahan penurunan produksi migas sebagai penggerak ekonomi daerah. Potensi maritim (perikanan laut dan pesisir) harus benar-benar mendapatkan perhatian untuk menggantikan posisi migas pada masa mendatang.