(Bontang, 28 Februari 2019). Wali Kota Bontang dr. Hj. Neni Moerniaeni, Sp.Og, menghadiri sekaligus membuka Diseminasi Stunting dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional (HGN) ke-59 serta pencegahan dan percepatan penurunan prevalensi Stunting di Kota Bontang, Kamis (28/2) pagi.
Digelar di Auditorium Taman 3 Dimensi, Jl. Awang Long, No. 1, Bontang Utara, Kegiatan diseminasi tersebut diinisiasi Dinas Kesehatan Kota Bontang dengan tema Kolaborasi Lintas Sektor Ciptakan Generasi Sehat Berkualitas, “Cegah Stunting Itu Penting”. Selain itu, diseminasi kali ini juga membahas Peran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) & Masyarakat Dalam Pencegahan dan Penanggulangan Stunting yang disampaikan oleh Direktur Gizi Masyarakat, Kemkes RI, Ir. Doddy Izwardy, MA.
Selain Wali Kota, hadir pula Ketua DPRD Kota Bontang, Drs. H. Nursalam, dan ratusan orang yang berasal dari perwakilan beberapa OPD, organisasi profesi, perwakilan sekolah se-Kota Bontang, serta organisasi masyarakat.
Dikesempatan itu, Neni menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya diseminasi Stunting tersebut. Ia menilai, Stunting ini telah menjadi masalah di Indonesia yang diakibatkan oleh pola asuh, pola makan, dan sanitasi yang buruk.
“Jadi diseminasi Stanting di Kota Bontang sebagai wujud nyata Pemkot Bontang untuk memerangi Stunting,” jelas Neni.
Untuk diketahui, Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa melakukan upaya pencegahan. Sementara itu, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik) dan pelayanan kesehatan.
Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia Indonesia, juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Hal ini dikarenakan anak stunted, bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh pendek/kerdil) saja, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya, yang mana tentu akan sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif.
Sementara itu, Plt. Kepala Dinas Kesehatan, dr. Bahauddin, MM, menyampaikan bahwa diseminasi tersebut bertujuan untuk memberikan informasi tentang stunting untuk masyarakat, meningkatkan pemahaman serta kesadaran publik dan perubahan perilaku masyarakat untuk mencegah stunting, dan mengajak peran serta OPD, Organisasi Profesi, Organisasi Masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan stunting di Kota Bontang.
Lebih lanjut, Bahauddin menekankan kepada masyarakat untuk memenuhi kecukupan gizi, lengkapi imunisasi dan perbaiki sanitasi terutama dimulai 1000 hari pertama kehidupan sejak dalam kandungan dan pada masa dua tahun setelah kelahiran.
“Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi Balita Tahun 2017, Kota Bontang, sebanyak 34,2% balita yang mengalami stunting. Pada Tahun 2018, berdasarkan data aplikasi e-PPGBM sebanyak 31,8% balita stunting dimana balita stunting tertinggi berada di usia 2-5 tahun sebanyak 22,4% dan 9,4% berada di usia kurang 2 tahun,” ujar Bahauddin. (AG/MS)
PPID Kota Bontang