Aspek Kesejahteraan Masyarakat


Pertumbuhan PDRB

Perkembangan perekonomian Kota Bontang dari tahun 2010 – 2014, jika dilihat dari nilai nominal PDRB Harga Berlaku mengalami peningkatan (Tabel II.6). Namun jika dilihat dari nilai rill melalui PDRB Harga Konstan Tahun 2010, Perkembangan perekonomian Kota Bontang mengalami penurunan (Tabel II.7 ) . Penurunan tersebut disebabkan karena menurunnya industri pengolahan migas yang selama ini menjadi kue terbesar perekonomian Kota Bontang. Jika pada tahun 2011, menurut PDRB harga berlaku proporsi sektor migas mencapai 76.8% dari kue ekonomi Kota Bontang, maka pada tahun 2014 secara nominal kontribusi sektor migas terhadap perekonomian menurun menjadi hanya sekitar 64% (Tabel II.8), dan secara riil menurut harga konstan, kontribusi sektor migas pada tahun 2014 sudah menurun jauh yaitu hanya sekitar 59% (Tabel II.9). Hal tersebut disebabkan menurunnya aktivitas produksi LNG PT Badak NGL, yang memang pada tahun 2014 hanya berproduksi 50% dari produksi tahun 2010. Penurunan yang besar disektor migas tersebut , membuat pertumbuhan ekonomi Kota Bontang selama kurun waktu 2010- 2014, mengalami pertumbuhan negatif (sedang mengalami penurunan). Penurunan ekonomi Kota Bontang tahun 2012 mencapai -9.2% dan setelah itu penurunannya mulai berkurang, karena pertumbuhan ekonomi tahun 2013 hanya -5.7% dan tahun 2014 hanya -3.4%.

Akibat menurunnya konstribusi sektor migas, maka kontibusi sektor non migas mulai meningkat selama periode 2010-2014. Hanya saja, karena kontribusi sektor non migas yang pada awalnya memang relatif kecil, maka belum bisa menutupi turunnya sektor migas, sehingga secara total perekonomian Kota Bontang menjadi tumbuh negative. Namun demikian, jika dilihat dari sisi positifnya, menurunnya sektor non migas membuat masyarakat Kota Bontang mulai mengembangkan sektor non migas, seperti jasa dan perdagangan. Kontribusi sekto jasa dan perdangangan terus meningkat selama periode 2010-2014. Kontribusi sektor non migas pada tahun 2010 hanya mencapai 23% , namun pada tahun 2014 kontibusi sektor non migas secara nominal (menurut PDRB Harga Berlaku) mencapai 36% dan secara riil (menurut PDRB Harga Konstan) kontribusinya mencapai 41%. Kontribusi yang terus membesar tersebut disebabkan karena sektor non migas memang terus tumbuh secara positif. Walaupun pertumbuhan ekonomi secara total negative (ekonomi menurun), tetapi sektor non migas mengalam pertumbuhan yang cukup menggembirakan. Pada tahun 2011, 2012, 2103 dan 2014, secara berturut-turut PDRB per kapita non migas naik sebesar 12,52%, 19%, dan 14%. Dari gambaran ini mencerminkan bahwa penduduk yang bekerja di sektor non migas kesejahteraannya terus meningkat, sementara penduduk yang bekerja disektor migas kesejahteraannya konstan kalau tidak mau dikatakan menurun. Hal ini konsisten dengan meningkatnya sektor non migas dan menurunnya sektor migas.

Laju Inflasi

Laju inflasi merupakan ukuran yang dapat menggambarkan kenaikan ataupenurunan harga dari sekelompok barang dan jasa yang berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat. Inflasi digunakan untuk memperoleh indicator yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga. Indikator yang terdapat pada inflasi tersebut dapat dipakai sebagai informasi dasar untuk pengambilan keputusan baik tingkat ekonomi mikro maupun makro, baik fiscal atau moneter. Pada tingkat mikro, rumah tangga atau masyarakat misalnya dapatmemanfaatkan angka inflasi untuk dasar penyesuaian nilai pengeluaran kebutuhan sehari-hari dengan pendapatan mereka yang relatif tetap. Oleh karena itu, dari sisi peningkatan kesejahteraan, peningkatan pertumbuhan ekonomi harus diikuti oleh pengendalian inflasi, agar peningkatan ekonomi menumbuhkan daya beli dan kesejahteraan masyarakat.
Laju Inflasi di Kota Bontang relatif terkendali walaupun masih di atas rata-rata inflasi nasional (6%). Laju Inflasi Kota Bontang tahun 2012 mencapai titik terendah , yakni hanya 5,34%. Sementara laju inflasi tahun 2011 mencapai inflasi tertinggi, yakni 7,77%. Naik dan turunnya inflasi sangat tergantung pada fluktuasi harga barang dan jasa. Oleh karena itu, untuk mengendalikan inflasi perlu dijaga kenaikan harga-harga, yakni dengan menjaga pasokan barang-barang yang dibutuhkan masyarakat, agar tidak terjadi kelangkaan, sehingga harga reatif stabil.

PDRB Per Kapita

PDRB per Kapita adalah kemampuan suatu daerah untuk memenuhi kebutuhan setiap penduduk rata-rata, sehingga bisa dijadikan salah satu indicator bagi keberhasilan pembangunan terutama pembangunan bidang ekonomi.Meskipun demikian PDRB Perkapita belum dapat menggambarkan peningkatan kesejahteraan masyarakat sebenarnya. Indikator tersebut hanya dapat dipakai untuk menggambarkan apakah ada peningkatan produktivitas pembangunan setiap orangnya. PDRB per Kapita sebagai salah satu indikator produktivitas penduduk dapat dihitung dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk.
Pertumbuhan PDRB per Kapita Kota Bontang dengan menggunakan PDRB Migas tahun 2014 mencapai Rp 361 juta per tahun per jiwa atau mencapai Rp 30 Juta per bulan. Sebuah nilai pendapatan per kapita yang jauh di atas rata-rata Indonesia. Namun, sebagaimana dipahami bahwa sektor non migas adalah sektor enclave, dan sebagian besar pekerja , terutama pekerja level menejemen dengan gaji Rp 30 juta per bulan, buka penduduk asli Kota Bontang, sehingga multiplier effect dari sektor migas dengan pendapatan yang tinggi tersebut tidak banyak dinikmati oleh Kota Bontang sendiri, melainkan ke daerah lain, seperti Kota Samarinda dan Kota Balikpapan ataupun Kota Jakarta. Oleh karena itu, pendapatan per kapita yang mencerminkan income penduduk Kota Bontang adalah PDRB per Kapita Tanpa Migas yang hanya mencapai Rp 133,4 juta per tahun per jiwa atau setara dengan Rp 11 juta per bulan per jiwa pada tahun 2014. Besaran PDRB per kapita per bulan yang sudah mencapai Rp 10 juta per bulan tersebut, menandakan bahwa tingkat kesejahteraan rata-rata penduduk Kota Bontang sudah lebih tinggi dibandingkan pendapatan per kapita rata-rata nasional yang masih di bawah Rp 5 Juta per bulan. Hal ini menandakan daya beli dan kemakmuran penduduk Kota Bontang secara rata-rata nasional , jauh lebih baik.
Di samping itu, capaian PDRB per kapita tanpa migas Kota Bontang dalam kurun waktu 2010-2014, sangatlah fantastis, karena pertumbuhannya mencapai 52% pada tahun 2011, dan pada tahun 2012, 2013 dan 2014 , secara berturut-turut PDRB per kapita non migas naik sebesar 12,52%, 19%, dan 14%. Dari gambaran ini mencerminkan bahwa penduduk yang bekerja di sektor non migas kesejahteraannya terus meningkat, sementara penduduk yang bekerja disektor migas kesejahteraannya konstan kalau tidak mau dikatakan menurun. Hal ini konsisten dengan meningkatnya sektor non migas dan menurunnya sektor migas.